Life is Unfair (?)
Wednesday, July 22, 2015Sebenernya saya gak tau sih harus mulai dari mana, karena seperti yang pernah saya post sebelumnya, ini seperti random thougt seperti biasanya.
Tadi pagi, saya bangun seperti dengan rasa kecewa yang teramat sangat, entah karena apa saya sendiri aja gak tau. Pernah ada yang begini kah?
Kalau dibilang lagi capek, gak juga -- saya udah cukup istirahat sepulang dari Ciamis hari Selasa kemarin.
Mungkin karena cerita-cerita mengecewakan yang belakangan saya dengar, mungkin karena yang saya alami sendiri dan sebagainya.
Sebenernya kan dasar kekecewaan itu lahir dari ekspektasi yang cukup besar akan suatu hal, kan?
Misalnya dari hal paling kecil, saya berharap suami saya bisa saya mintakan tolong untuk ajak Binar main sebentar tanpa lalu lalang di depan saya yang sedang makan dan menjadi terburu-buru. Saya jadi kecewa karena kenapa sih nggak bisa nggak panik kalau anaknya nangis atau coba tolong alihkan sebentar. Tapi pikiran seperti ini biasanya saya "ademin" sendiri dengan; ya kenapa makannya gak nunggu anaknya tidur aja sih?
sekali lagi, pernah kah ada yang begini? :")
Semakin tumbuh, semakin saya seringkali memendam kekecewaan akan suatu hal dan mencari pelarian dengan hal lain, anggaplah jajan lipstik itu sebuah terapi buat saya biar saya tetap waras. Karena kalau harus ke mall sendirian itu ga mungkin, paling bisa ya jajan online.
Anggaplah ini pembenaran, tapi kita pasti butuh setidaknya satu hal yang bikin kita sendiri ngerasa baik-baik aja.
Lalu ditambah dengan cerita sedih tentang orang dekat yang saya sempat iri dengan gaya hidupnya yang sudah berganti-ganti mobil, tapi deep down inside dia kesepian sekali dan ngerasa keluarganya ga pernah betul betul ada buat dia, semua menolong demi uang. Kalau mau dibandingkan, saya justru mungkin lebih beruntung karena saya punya keluarga yang baik-baik saja walaupun saya ga bisa gonta ganti mobil.
Atau teman yang punya rumah super bagus, anak anak pinta tapi suami pulang setahun dua kali.
Lalu ada juga yang menampilkan betapa beruntung dan bahagianya hidup teman saya ini, tapi yang orang tidak tau dia justru sedang depresi habis habisan akan satu dan lain hal.
Punya uang, tapi ga punya waktu.
Punya karier bagus, tapi keluarga berantakan.
Punya anak, tapi ga bisa berbagi cerita seru dengan suami.
Punya rumah bagus, tapi kesepian.
dan lain lain
dan lain lain.
Mungkin kalau terus menerus membandingkan memang ga akan selesai, selalu ada yang disesali dan selalu ada yang diharapkan lebih, sedangkan kenyataan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan.
Jadi sebetulnya, hidup yang memang tidak adil, atau kita yang kurang pandai bersyukur?
Love,
Chacha Thaib
6 comments